Seolah menjadi suratan atas lahirnya kelompok Salafi-Wahabi
yang selalu menyalahkan, membidahkan dan sebagainya. Kali ini mereka menyoal
ucapan di hari raya yang berlaku di negeri kita.
Benarkah salah?
Menurut ulama Salafi Syaikh Utsaimin (ulama wahabi) dapat
disimpulkan bahwa ucapan yang berlaku di masyarakat Muslim tidaklah salah,
karena tidak ada ketentuan khusus dalam mengucapkan selamat di hari raya:
وسئـل الشيخ ابن عثيمين : ما حكـم التهنئة بالعيد ؟ وهل لها صيغة
معينة ؟ فأجاب : "التهنئة بالعيد جائزة ، وليس لها تهنئة مخصوصة ، بل ما
اعتاده الناس فهو جائز ما لم يكن إثماً" اهـ
Syaikh Ibnu Utsaimin ditanya tentang hukum ucapan selamat di
hari raya, apakah ada redaksi khusus?
Syaikh Ibnu Utsaimin menjawab: Ucapan selamat di hari raya
adalah boleh. Tidak ada bentuk ucapan secara khusus. Bahkan apa yang menjadi
kebiasaan masyarakat adalah boleh, selama tidak mengandung dosa"
Apakah ucapan "Maaf Lahir Batin" berdosa Syaikh?
سئل فضيلة الشيخ : عن عبارة " كل
عام وأنتم بخير " ؟ فأجاب بقوله : قول : " كل عام وأنتم بخير "
جائز إذا قصد به الدعاء بالخير . مجموع فتاوى ورسائل العثيمين - (3 / 125)
Syaikh Ibnu Utsaimin ditanya tentang redaksi ucapan selamat
"Semoga setiap tahun Anda dalam kebaikan"? Syaikh Ibnu Utsaimin
menjawab BOLEH jika ditujukan untuk doa kebaikan (Majmu' Fatawa wa Rasail
al-Utsaimin 3/125)
Jika ulama Salafi di Saudi membolehkan, mengapa muridnya di
Indonesia melarang?
Riwayat yang menjelaskan ucapan 'Taqabbalallahu Minna wa
Minkum' dituturkan oleh Muhammad bin Ziyad. Ia menceritakan kejadian kala
bersama Abu Umamah al-Bahili dan lainnya dari sahabat Rasulullah SAW. Syahdan,
sepulang dari Shalat Id, mereka saling mengatakan,
تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكَ
Imam Ahmad menjelaskan, sanad hadits Abu Umamah ini Jayyid.
Ali bin Tsabit berujar,
سألت مالك بن أنس منذ خمس وثلاثين سنة وقال: لم يزل يعرف هذا
بالمدينة.
"Aku bertanya pada Malik bin Anas sejak 35 tahun. Dia menjawab, 'Hal (ucapan) ini selalu ditradisikan di Madinah."
Dalam Sunan al-Baihaqi disebutkan,
عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ قَالَ: لَقِيتُ وَاثِلَةَ بْنَ
الأَسْقَعِ فِي يَوْمِ عِيدٍ فَقُلْتُ: تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكَ،
فَقَالَ: نَعَمْ تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكَ، قَالَ وَاثِلَةُ: لَقِيتُ
رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَوْمَ عِيدٍ فَقُلْتُ: تَقَبَّلَ اللَّهُ
مِنَّا وَمِنْكَ، فَقَالَ: نَعَمْ تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكَ.
Diriwayatkan dari Khalid bin Ma'dan, ia berkata, "Aku bertemu Watsilah bin Asqa' pada hari Raya. Aku katakan padanya: Taqabbalallahu minna wa minka. Watsilah menanggapi, 'Aku pernah bertemu Rasulullah SAW pada hari raya, lantas aku katakan 'Taqabbalallahu minna wa minka'. Beliau menjawab, 'Ya, Taqabbalallahu minna wa minka."
Kedua riwayat ini memberikan benang merah, ucapan
'Taqabbalallahu minna wa minka' merupakan bacaan yang disyariatkan (masyru')
dan hukum mengucapkannya sunnah.
Apakah Ucapan Lain Tidak Boleh?
Ucapan selamat atau tahniah atas datangnya momen tertentu bisa saja merupakan tradisi atau adat. Sementara hukum asal suatu adat adalah boleh, selagi tidak ada dalil tertentu yang mengubah dari hukum asli ini. Hal ini juga merupakan madzhab Imam Ahmad.
Mayoritas ulama menyatakan, ucapan selamat pada hari raya
hukumnya boleh (lihat: al-Adab al-Syar'iyah, jilid 3, hal. 219).
Al-Hafizh Ibnu Hajar menjelaskan, ucapan selamat (tahniah)
secara umum diperbolehkan, karena adanya nikmat, atau terhindar dari suatu
musibah, dianalogikan dengan validitas sujud syukur dan ta'ziyah (lihat
al-Mausu'ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, jilid 14, hal 99-100).
Berdasarkan keterangan di atas, maka setiap ucapan baik,
apalagi merupakan doa, dalam momen nikmat atau bahkan musibah, adalah sesuatu
yang boleh, bahkan baik untuk dilakukan. Dengan kalam lain, ucapan di Idul
Fitri yang terbaik memang 'taqabbalallahu minna wa minkum'. Namun bukan berarti
doa dan ucapan lain yang baik itu tidak diperbolehkan.
Meluruskan Makna Minal 'Aidin Wal Faizin
Minal 'Aidin wal Faizin dalam bahasa Indonesia berarti 'Semoga kita termasuk orang yang kembali dan menuai kemenangan'.
Kita yakin, orang yang mengucapkannya tidak akan memaknainya
'kembali pada kemaksiatan pascaramadhan, meraih kemenangan atas bulan Ramadhan
sehingga kita bisa kembali berbuat keburukan'.
Pun, jangan memaknai Minal 'Aidin Wal Faizin' dengan 'Mohon
Maaf Lahir Batin', hanya karena biasanya dua kalimat itu beriringan satu sama
lain. Itu sama saja dengan 'membahasa-Inggriskan' keset dengan welcome, dengan
alasan tulisan itu biasanya ada di keset.
Makna popular kalimat tersebut adalah 'Ja'alanallahu wa
iyyakum MINAL 'AIDIN ilal fithrah WAL FAIZIN bil jannah' (Semoga Allah
menjadikan kita semua sebagai orang yang kembali pada fitrah dan menuai
kemenangan dengan meraih surga).
Jadi jangan khawatir. Maknanya bukan kembali ke perbuatan
maksiat dan menang telah menaklukkan Ramadhan. Tanda orang yang diterima
ibadahnya, ia makin meningkatkan ketaatan dan makin meninggalkan kemaksiatan
(min 'alamati qabulit-tha'ah fa innah tajurru ila tha'atin ukhra).
Apa makna fitrah?
Setidaknya ia memiliki dua makna: Islam dan kesucian.
Makna pertama diisyaratkan oleh hadits (artinya):
"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang
menjadikan dia (sebagai/seperti) Yahudi, Nasrani, atau Majusi."
Sisi pengambilan kesimpulan hukum atau wajh al-istidlal-nya,
Nabi telah menyebutkan agama-agama besar kala itu, namun Nabi tidak menyebutkan
Islam. Maka fitrah diartikan sebagai Islam.
Dengan ujaran lain, makna kembali ke fitrah adalah kembali
ke Islam, kembali pada ajaran, akhlak, dan keluhuran budaya Islam.
Makna fitrah yang kedua adalah kesucian. Makna ini
berdasarkan hadits Nabi (artinya), "Fitrah itu ada lima: khitan, mencukur
bulu kemaluan, memotong kumis, mencabut/menghilangkan bulu ketiak, dan memotong
kuku." (HR. Bukhari dan Muslim)
Kelima macam fitrah ini semuanya kembali pada praktik
kebersihan dan kesucian. Dapat disimpulkan kemudian bahwa makna fitrah adalah
bersih dan suci.
Minal 'Aidin ilal fithrah, berarti kita mengharap kembali
menjadi orang bersih dan suci. Dengan keyakinan pada hadits Nabi, orang yang
shiyam dan qiyam (berpuasa dan menghidupkan malam) di bulan Ramadhan, karena
iman dan semata mencari ridha Allah, akan diampuni dosanya yang telah lalu. Harapannya,
semoga kita seperti bayi yang baru lahir dari rahim ibu, bersih-suci dari salah
dan dosa. Amin...
Sementara panjatan doa "Semoga kita menuai kemenangan
dengan meraih surga - Wal Faizin bil jannah", sangat terkait dengan tujuan
puasa Ramadhan dan happy ending bagi orang yang berhasil membuktikan tujuan
itu.
Dalam al-Baqarah ayat 183 dijelaskan bahwa tujuan puasa
Ramadhan adalah 'agar kalian bertakwa (la'allakum tattaqun)'. Sedangkan Surat
al-Hijr ayat 45 dan Ali Imran ayat 133 menjelaskan, bagi orang bertakwa itu
hadiahnya adalah surga.
Ringkasnya, puasa berdampak takwa. Takwa berhadiah surga.
Hal inilah yang menjadi harapan orang yang berpuasa Ramadhan. Ia ingin dijadikan sebagai orang bertakwa dengan sebenarnya, dan mengharap menjadi salah satu penghuni surga.
Ringkasnya, puasa berdampak takwa. Takwa berhadiah surga.
Hal inilah yang menjadi harapan orang yang berpuasa Ramadhan. Ia ingin dijadikan sebagai orang bertakwa dengan sebenarnya, dan mengharap menjadi salah satu penghuni surga.
Itulah makna kemenangan yang terucap dalam 'wal faizin' itu.
Bukan kemenangan atas Ramadhan, sehingga bebas melakukan keburukan karena
merasa sudah 'menang'!
Minta Maaf di Idul Fitri Keliru?
Orang yang minta maaf di hari Raya, in syaa-Allah tidak meyakini minta maaf itu hanya khusus di hari Raya. Ini adalah ikhtiar untuk kesempurnaan ibadah.
Islam agama paripurna. Tidak sempurna iman seseorang sampai
dua sisi tali hablun minallah dan hablun minannas sama-sama dikuatkan. Dalam
sekian hadits dijelaskan misalnya, siapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, 'hendaknya dia menghormati tamunya', 'hendaknya dia mengatakan yang baik
atau diam', dan seterusnya.
Surat al-Ma'un juga menjelaskan, pendusta hari pembalasan
itu orang yang menolak anak yatim dan tidak memperdulikan orang miskin. Shalat
itu tanha 'anil fahsyaa-i wal munkar. Zakat atau sedekah itu tuthahhiruhum wa
tuzakkihim biha.
Dus, dari sekian penjelasan baik dari al-Qur'an maupun
Sunnah itu, akhirnya seorang muslim sangat memahami, ada misi kebaikan secara
vertikal dan horizontal. Siapa yang mengaku bertauhid, harus baik pula dalam
wilayah sosial. Kalau puasa Ramadhan adalah hubungan baik secara vertikal,
mengapa kemudian untuk minta maaf pascaramadhan sebagai ranah sosial dilarang?
Wallahu a'lam.
Akhirul kalam.
Selamat merayakan Idul Fitri.
Taqabbalallahu minna wa minkum.
Minal 'aidin wal faizin.
Mohon maaf lahir batin...
Akhirul kalam.
Selamat merayakan Idul Fitri.
Taqabbalallahu minna wa minkum.
Minal 'aidin wal faizin.
Mohon maaf lahir batin...