Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
“Sesungguhnya Rabbku memerintahkanku untuk mengajarkan
yang tidak kalian ketahui yang Ia ajarkan padaku pada hari ini: ‘Semua yang
telah Aku berikan pada hamba itu halal, Aku ciptakan hamba-hambaKu ini dengan
sikap yang lurus, tetapi kemudian datanglah syaitan kepada mereka. Syaitan ini
kemudian membelokkan mereka dari agamanya, dan mengharamkan atas mereka sesuatu
yang Aku halalkan kepada mereka, serta mempengaruhi supaya mereka mau
menyekutukan Aku dengan sesuatu yang Aku tidak turunkan keterangan padanya”.
(HR Muslim 5109)
Allah Azza wa Jalla berfirman, “Mereka menjadikan para rahib
dan pendeta mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah“. (QS at-Taubah [9]:31
)
Ketika Nabi ditanya terkait dengan ayat ini, “apakah mereka
menyembah para rahib dan pendeta sehingga dikatakan menjadikan mereka sebagai
tuhan-tuhan selain Allah?”
Nabi menjawab, “tidak”, “Mereka tidak menyembah para
rahib dan pendeta itu, tetapi jika para rahib dan pendeta itu menghalalkan
sesuatu bagi mereka, mereka menganggapnya halal, dan jika para rahib dan
pendeta itu mengharamkan bagi mereka sesuatu, mereka mengharamkannya“
Pada riwayat yang lain disebutkan, Rasulullah bersabda ”mereka
(para rahib dan pendeta) itu telah menetapkan haram terhadap sesuatu yang
halal, dan menghalalkan sesuatu yang haram, kemudian mereka mengikutinya. Yang demikian
itulah penyembahannya kepada mereka.” (Riwayat Tarmizi)
Jadi mereka yang melarang yang tidak dilarangNya,
mengharamkan yang tidak diharamkanNya atau mewajibkan yang tidak diwajibkanNya,
telah bertasyabuh dengan kaum kafir yakni menjadikan ulama-ulama mereka
“sebagai tuhan-tuhan selain Allah“. (QS at-Taubah [9]:31 )\
Lihatlah saudaraku.tanpa disadari Muhammad Bin Abdul Wahab
menjadikan dirinya seakan Tuhan selain Allah sebagaimana rahib rahib dan
pendeta itu.mengharamkan sesuatu yang belum tentu haram.
Mengkafirkan sesama
muslim dengan ketentuan yang belum jelas pokok persoalannya terhadap sesama
muslim.men syirikkan sesama muslim sementara akar persoalannya tidak memenuhi
ketentuan hukam Islam sesungguhnya sebagai syarat mutlak.
Membidahkan amalan
sesama muslim sementara ia tidak menyadari dirinya sebagai pelaku bid`ah dan
tidak pula memenuhi syarat secara umum menurut kesepakatan ulama
ulama mukhtabar, salafus sholeh.kurafur rasyidin.ahli ahli hadits
terdahulu yang jauh lebih mumpuni di bidangnya.siapa yang syirik ??
sementara telah kita lihat mengenai pengikutnya.ketika
Muhammad bin abdul wahab mengangap itu haram maka merekapun mengharamkannya.
Ketika dia menganggap itu kafir mereka pun mengkafirkannya.ketika
dia mensyirikkannya,mereka
pun mensyirikkannya dan ketika membidahkan amalan org
lain maka pengikutpun yang belum paham pokok pokok ketentuannya juga ikut
ikutan membidahkan amalan org lain.
Mereka lupa jika Muhammad bin Abdul Wahab belum ada apa
apanya ketimbang ulama ulama besar sebelum dirinya.mereka lupa ada banyak sekali
Ulama ulama hebat yang sebenarnya lebih pantas sebagai panutan namun mereka
tidak mengharapkan sesuatu nilai kesombongan karna mereka mengenal
hakekat zuhud,Wara`,qonaah.
Sebagai ulama sejati,mereka tidak gila untuk menjadi
pemimpin Umat, membuat Firqoh Firqoh yang menimbulkan benih perpecahan sesama
muslim walau sebenarnya mereka lebih mampu ketimbang Muhammad bin Abdul Wahab .
Cobalah saudara renungi dalam dalam hekekat kehidupan mereka
dan cobalah saudara renungi, ketika mereka dihadapkan pada suatu persoalan
agama maka mereka menyelesaikannya secara bersama sama yang pada akhirnya
muncul kesepakatan secara keseluruhan.
Walau ada sebagian kecil
perbedaan,mereka tidak pula memaksa agar apa yang mereka yakini harus dituruti
karna merasa benar.lihatlah para imam madzab.mereka tidak pernah memaksa
mengikuti keyakinan mereka jika bertentangan dengan Quran dan sunnah serta
ketentuan bersama para Ulama ketika itu.siapa yang syirik ??
Dari Abul Abbas — Sahl bin Sa’ad As-Sa’idy — radliyallahu
‘anhu, ia berkata: Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan berkata: “Wahai Rasulullah! Tunjukkan kepadaku suatu
amalan yang jika aku beramal dengannya aku dicintai oleh Allah dan dicintai
manusia.” Maka Rasulullah menjawab: “Zuhudlah kamu di dunia niscaya Allah
akan mencintaimu, dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia niscaya
mereka akan mencintaimu.” (Hadist shahih diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan
lainnya).
kita bandingkan dengan Muhammad bin Abdul Wahab . Adakah
ia bersikap zuhud sebagaimana petunjuk Rasulullah ??
Apakah semua umat
muslim mencintainya seperti Imam Ahli hadits Buhari. Muslim dll yang di jadikan
patokan seluruh umat Islam dalam ilmu hadits ??
Muhammad bin Abdul Wahab hanya berpegang teguh pada keyakinan diri sendiri
secara sepihak, memaksakan kehendak agar minta diikuti sementara apa yang
menjadi pegangannya tidak sekalipun menjadi kesepakatan seluruh ulama
sebelumnya bahkan semasa dengan dirinya kecuali orang-orang yang telah dipengaruhinya
dan menjadikannya sebagai pemimpin dalam kelompoknya.sekali lagi
seperti firman Allah Azza wa Jalla ,
“Mereka menjadikan para rahib dan
pendeta mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah“. (QS at-Taubah [9]:31 )
dan “orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman
adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik” (QS Al Maaidah [5]: 82)
Bukankah Muhammad bin Abdul Wahab termasuk paling keras permusuhannya
dengan sesama muslim ??
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda: “Barangsiapa
memilih seseorang menjadi pemimpin untuk suatu kelompok, yang di kelompok itu
ada orang yang lebih diridhai Allah dari pada orang tersebut, maka ia telah
berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman.” (HR.
Hakim)
Tidakkah pengikut wahabi menyadari hal ini ??
Tidakkah wahabi menyadari
masih ada pemimpin yang jauh lebih memahami ilmu ilmu agama ketimbang Muhammad bin Abdul Wahab dan bukankah Muhammad bin Abdul Wahab wahab sebelumnya hanya
belajar dari sebagian kecil ilmu ilmu mereka ??
Sungguh tidak ada seorang
muslim sejati yang takut kepada Muhammad bin Abdul wahab selain hanya kepada
Allah.Dan sungguh kewajiban seorang muslim untuk ber amar ma`ruf dan bernahi
munkar terhadap pemimpin yang demikian dantidak pula menjadi rujukkan
ulama kebanyakan dan bahkan bukan tergolong tsiqoh.
Syaikh Ahmad bin Muhammad al-Amin bin Ahmad Asy-Syinqithi
dalam bukunya Majalis Ma’a Fadhilah asy-Syaikh Muhammad al-Amin al-Jakna
Asy-Syinqithi’ menuliskan bahwa Syaikh Muhammad al-Amin al-Jakna asy-Syinqithi
pernah mengatakan dihadapan mufti kerajaan dinasti Saudi, “Siapa yang
mengabarkanmu bahwa Nabi yang diutus kepadaku dan yang wajib aku imani bernama
Muhammad bin Abdul Wahhab?!!
Sesungguhnya Nabi yang diutus kepadaku dan yang
wajib aku imani namanya Muhammad bin Abdullah, yang dilahirkan di Makkah bukan
dilahirkan di Huraimla, dikubur di Madinah bukan dikubur di Dir’iyyah, dia
datang dengan membawa kitab namanya al-Qur’an, dan al-Qur’an itu aku bawa
diantara dua lempengku. Dialah yang wajib diimani“.
Syaikh Ahmad bin Muhammad al amin adalah salah satu
ulama besar dan sangat paham apa yang terjadi terhadap diri pribadi
muhammad bin abdul wahab.dan menunjukan Nilai Minus terhadap muhammad bin Abdul
wahab sebagai seorang yang tidak pantas untuk dia ikuti.
Dan sebuah fakta menarik lihatlah sudut pandang ulama ulama
hebat madzhab masa lalu mengenai diri muhammad bin abdul wahab yang jelas
menunjukkan Dia org yang cacat dan tidak tergolong Tsiqoh bahkan KUFUR
1. ‘ULAMA KALANGAN MADZHAB HANAFI
Dari kalangan ulama madzhab Hanafi, al-Imam Muhammad Amin
Afandi yang populer dengan sebutan Ibn Abidin, juga berkata dalam kitabnya, Hasyiyah Radd al-Muhtar
tantang Wahhabi sebagai berikut:
“مَطْلَبٌ فِي أَتْبَاعِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْوَهَّابِ
الْخَوَارِجِ فِيْ زَمَانِنَا :كَمَا وَقَعَ فِيْ زَمَانِنَافِيْ
أَتْبَاعِ ابْنِ عَبْدِ الْوَهَّابِ الَّذِيْنَ خَرَجُوْا مِنْ نَجْدٍ
وَتَغَلَّبُوْا عَلَى الْحَرَمَيْنِ وَكَانُوْايَنْتَحِلُوْنَ مَذْهَبَ الْحَنَابِلَةِ
لَكِنَّهُمْ اِعْتَقَدُوْا أَنَّهُمْ هُمُ الْمُسْلِمُوْنَ وَأَنَّ مَنْ
خَالَفَاعْتِقَادَهُمْ مُشْرِكُوْنَ وَاسْتَبَاحُوْا بِذَلِكَ قَتْلَ أَهْلِ
السُّنَّةِ وَقَتْلَ عُلَمَائِهِمْ حَتَى كَسَرَ اللهُشَوْكَتَهُمْ وَخَرَبَ
بِلاَدَهُمْ وَظَفِرَ بِهِمْ عَسَاكِرُ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَ ثَلاَثٍ
وَثَلاَثِيْنَ وَمِائَتَيْنِوَأَلْفٍ.” اهـ (ابن عابدين، حاشية رد المحتار، ٤/٢٦٢).
“Keterangan tentang pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab,
kaum Khawarij pada masa kita.
Sebagaimana terjadi pada masa kita, pada pengikut Ibn
Abdil Wahhab yang keluar dari Najd dan berupaya keras menguasai dua tanah suci.
Mereka mengikuti madzhab Hanabilah. Akan tetapi mereka meyakini bahwa mereka
saja kaum Muslimin, sedangkan orang yang berbeda dengan keyakinan mereka adalah
orang-orang musyrik.
Dan oleh sebab itu mereka menghalalkan membunuh
Ahlussunnah dan para ulamanya sampai akhirnya Allah memecah kekuatan mereka,
merusak negeri mereka dan dikuasai oleh tentara kaum Muslimin pada tahun 1233
H.” (Ibn Abidin, Hasyiyah Radd al-Muhtar ‘ala al-Durr al-Mukhtar, juz 4, hal.
262).
2. ‘ULAMA KALANGAN MADZHAB MALIKI
Dari kalangan ulama madzhab al-Maliki, al-Imam Ahmad bin
Muhammad al-Shawi al-Maliki, ulama terkemuka abad 12 Hijriah dan semasa dengan
pendiri Wahhabi, berkata dalam Hasyiyah ‘ala Tafsir al-Jalalain sebagai
berikut:
هَذِهِ اْلآَيَةُ نَزَلَتْ فِي الْخَوَارِجِ الَّذِيْنَ يُحَرِّفُوْنَ
تَأْوِيْلَ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَيَسْتَحِلُّوْنَ بِذَلِكَ دِمَاءَ
الْمُسْلِمِيْنَ وَأَمْوَالَهُمْ كَمَا هُوَ مُشَاهَدٌ اْلآَنَ فِيْ نَظَائِرِهِمْ
وَهُمْ فِرْقَةٌ بِأَرْضِ الْحِجَازِ يُقَالُ لَهُمُ الْوَهَّابِيَّةُ
يَحْسَبُوْنَ أَنَّهُمْ عَلىَ شَيْءٍ أَلاَ إِنَّهُمْ هُمُ الْكَاذِبُوْنَ. (حاشية
الصاوي على تفسير الجلالين، ٣/٣٠٧).
“Ayat ini turun mengenai orang-orang Khawarij, yaitu
mereka yang mendistorsi penafsiran al-Qur’an dan Sunnah, dan oleh sebab itu
mereka menghalalkan darah dan
harta benda kaum Muslimin sebagaimana yang terjadi dewasa
ini pada golongan mereka, yaitu kelompok di negeri Hijaz yang disebut dengan
aliran Wahhabiyah, mereka menyangka bahwa mereka akan memperoleh sesuatu
(manfaat), padahal merekalah orang-orang pendusta.” (Hasyiyah al-Shawi ‘ala
Tafsir al-Jalalain, juz 3, hal. 307).
3. ‘ULAMA KALANGAN MADZHAB SYAFI’I
Dari kalangan ulama madzhab Syafi’i, al-Imam al-Sayyid Ahmad
bin Zaini Dahlan al-Makki, guru pengarang
I’anah al-Thalibin, kitab yang sangat otoritatif (mu’tabar)
di kalangan ulama di Indonesia, berkata tentang Wahhabi :
وَكَانَ السَّيِّدُ عَبْدُ الرَّحْمنِ الْأَهْدَلُ مُفْتِيْ زَبِيْدَ يَقُوْلُ:
لاَ يُحْتَاجُ التَّأْلِيْفُ فِي الرَّدِّ عَلَى ابْنِ عَبْدِ الْوَهَّابِ، بَلْ
يَكْفِي فِي الرَّدِّ عَلَيْهِ قَوْلُهُ صلى الله عليه وسلم سِيْمَاهُمُ
التَّحْلِيْقُ، فَإِنَّهُ لَمْ يَفْعَلْهُ أَحَدٌ مِنَ الْمُبْتَدِعَةِ اهـ (السيد
أحمد بن زيني دحلان، فتنة الوهابية ص/٥٤).
“Sayyid Abdurrahman al-Ahdal, mufti Zabid berkata: “Tidak
perlu menulis bantahan terhadap Ibn Abdil Wahhab. Karena sabda Nabi shallallahu
alaihi wa sallam cukup sebagai bantahan terhadapnya, yaitu “Tanda-tanda mereka
(Khawarij) adalah mencukur rambut (maksudnya orang yang masuk dalam ajaran
Wahhabi, harus mencukur rambutnya)”. Karena hal itu belum pernah dilakukan oleh
seorang pun dari kalangan ahli bid’ah.” (Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Fitnah
al-Wahhabiyah, hal. 54).
4. DARI ‘ULAMA KALANGAN MADZHAB HAMBALI YANG
KATANYA WAHABI NGIKUT MADZAB HAMBALI
Dari kalangan ulama madzhab Hanbali, al-Imam Muhammad bin
Abdullah bin Humaid al-Najdi berkata
dalam kitabnya al-Suhub al-Wabilah ‘ala Dharaih al-Hanabilah
ketika menulis biografi Syaikh Abdul Wahhab, ayah pendiri Wahhabi, sebagai
berikut:
عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ سُلَيْمَانَ التَّمِيْمِيُّ النَّجْدِيُّ وَهُوَ
وَالِدُ صَاحِبِ الدَّعْوَةِ الَّتِيْ انْتَشَرَشَرَرُهَا فِي اْلأَفَاقِ لَكِنْ
بَيْنَهُمَا تَبَايُنٌ مَعَ أَنَّ مُحَمَّدًا لَمْ يَتَظَاهَرْ بِالدَّعْوَةِ
إِلاَّ بَعْدَمَوْتِ وَالِدِهِ وَأَخْبَرَنِيْ بَعْضُ مَنْ لَقِيْتُهُ عَنْ بَعْضِ
أَهْلِ الْعِلْمِ عَمَّنْ عَاصَرَ الشَّيْخَ عَبْدَالْوَهَّابِ هَذَا أَنَّهُ
كَانَ غَاضِبًا عَلىَ وَلَدِهِ مُحَمَّدٍ لِكَوْنِهِ لَمْ يَرْضَ أَنْ يَشْتَغِلَ
بِالْفِقْهِكَأَسْلاَفِهِ وَأَهْلِ جِهَتِهِ وَيَتَفَرَّسُ فِيْه أَنَّهُ يَحْدُثُ
مِنْهُ أَمْرٌ .فَكَانَ يَقُوْلُ لِلنَّاسِ: يَا مَا تَرَوْنَ مِنْ مُحَمَّدٍ مِنَ
الشَّرِّ فَقَدَّرَ اللهُ أَنْ صَارَ مَاصَارَ وَكَذَلِكَ ابْنُهُ سُلَيْمَانُ
أَخُوْ مُحَمَّدٍ كَانَ مُنَافِيًا لَهُ فِيْ دَعْوَتِهِ وَرَدَّ عَلَيْهِ رَدًّا
جَيِّداًبِاْلآَياَتِ وَاْلآَثاَرِ وَسَمَّى الشَّيْخُ سُلَيْمَانُ رَدَّهُ
عَلَيْهِ ( فَصْلُ الْخِطَابِ فِي الرَّدِّ عَلىَمُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ
الْوَهَّابِ ) وَسَلَّمَهُ اللهُ مِنْ شَرِّهِ وَمَكْرِهِ مَعَ تِلْكَ الصَّوْلَةِ
الْهَائِلَةِ الَّتِيْأَرْعَبَتِ اْلأَبَاعِدَ فَإِنَّهُ كَانَ إِذَا بَايَنَهُ
أَحَدٌ وَرَدَّ عَلَيْهِ وَلَمْ يَقْدِرْ عَلَى قَتْلِهِ مُجَاهَرَةًيُرْسِلُ
إِلَيْهِ مَنْ يَغْتَالُهُ فِيْ فِرَاشِهِ أَوْ فِي السُّوْقِ لَيْلاً لِقَوْلِهِ
بِتَكْفِيْرِ مَنْ خَالَفَهُوَاسْتِحْلاَلِ قَتْلِهِ. اهـ (ابن حميد النجدي، السحب
الوابلة على ضرائح الحنابلة، ٢٧٥).
“Abdul Wahhab bin Sulaiman al-Tamimi al-Najdi, adalah
ayah pembawa dakwah Wahhabiyah, yang percikan apinya telah tersebar di berbagai
penjuru. Akan tetapi antara keduanya terdapat perbedaan.
Padahal Muhammad
(pendiri Wahhabi) tidak terang-terangan berdakwah kecuali setelah meninggalnya
sang ayah. Sebagian ulama yang aku jumpai menginformasikan kepadaku, dari orang
yang semasa dengan Syaikh Abdul Wahhab ini, bahwa beliau sangat murka kepada
anaknya, karena ia tidak suka belajar ilmu fiqih seperti para pendahulu dan
orang-orang di daerahnya.
Sang ayah selalu berfirasat tidak baik tentang
anaknya pada masa yang akan datang. Beliau selalu berkata kepada masyarakat,
“Hati-hati, kalian akan menemukan keburukan dari Muhammad.” Sampai akhirnya
takdir Allah benar-benar terjadi.
Demikian pula putra beliau, Syaikh Sulaiman
(kakak Muhammad bin Abdul Wahhab), juga menentang terhadap dakwahnya dan
membantahnya dengan bantahan yang baik berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an dan
hadits-hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Syaikh Sulaiman menamakan
bantahannya dengan judul Fashl al-Khithab fi al-Radd ‘ala Muhammad bin Abdul
Wahhab.
Allah telah menyelamatkan Syaikh Sulaiman dari keburukan dan tipu daya
adiknya meskipun ia sering melakukan serangan besar yang mengerikan terhadap
orang-orang yang jauh darinya.
Karena setiap ada orang yang menentangnya, dan membantahnya,
lalu ia tidak mampu membunuhnya secara terang-terangan, maka ia akan mengirim
orang yang akan menculik dari tempat tidurnya atau di pasar pada malam hari
karena pendapatnya yang mengkafirkan dan menghalalkan membunuh orang yang
menyelisihinya.” (Ibn Humaid al-Najdi, al-Suhub al-Wabilah ‘ala Dharaih
al-Hanabilah, hal. 275).
Ada banyak sekali Ulama ulama besar lainnya yang tidak bisa
dijelaskan satu persatu namun jelas membuktikan tidak layaknya seorang muhammad
bin abdul wahab sebagai panutan bagi umat muslim dan tentu saja bagi yang
berfikir jernih lebih memilih suara terbanyak yang jelas dan bukan pula
suara ulama ulama sembarangan.Ibarat ilmu hadit maka seringkali hukum
sanad adalah penting menentukan nilai suatu hadits. Begitu juga ulama.
Maka ulama ulama bersanad adalah lebih utama ketimbang
pemimpin yang tidak jelas sanad ilmunya karna dengan tidak jelas maka berarti
cacat dan tidak tsiqoh.
Bukankah jika Hadits saja ada rawi yang cacat mengurangi
nilai hadits bahkan bisa menjadi hadits munkar ??
Begitu juga
dengan muhammad bin abdul wahab.bukankah dari seluruh data ulama ulama muktabar
tidak menunjukkan dia Tsiqoh ??
Maka apakah pantas dia jadi panutan ??
Cobalah
renungi dalam dalam jika kita ambil contoh seperti hadits yang cacat
karna rawinya tercela.
Mari kita simak lagi pelaku-pelaku utama dalam melihat
prilaku Muhammad bin Abdul wahab berikut ini :
1. PERNYATAAN SAUDARA KANDUNGNYA
Lihat apa yang dikatakan adik Muhhamad Abdul Wahab ini
kepada kakaknya. Sulaiman bin Abdul Wahhab adalah tokoh murni Ahlu Sunnah
wal Jammaah beliau dalam kitabnya yang berjudul [Ash-shawa’iq Al-ilahiyyah fi
Ar-radd ‘ala Al-wahabiyyah], kepada Muhammad Abdul Wahhab beliau bertutur:
“Sejak jaman sebelum Imam Ahmad bin Hanbal, yaitu pada
jaman para imam Islam, belum pernah ada yang meriwayatkan bahwa seorang imam
kaum Muslimin mengkafirkan sesama, mengatakan kepada mereka murtad dan
memerintahkan untuk memerangi mereka.
Belum pernah ada seorang pun dari para
imam kaum Muslimin yang menamakan negeri kaum Muslimin sebagai negeri syirik
dan negeri perang, sebagaimana yang Anda [Muhammad Abdul Wahab. Red] katakan
sekarang. Bahkan lebih jauh lagi, Anda mengkafirkan orang yang tidak
mengkafirkan perbuatan-perbuatan ini, meskipun dia tidak melakukannya.
Kurang lebih
telah berjalan delapan ratus tahun atas para imam kaum Muslimin, namun demikian
tidak ada seorang pun dari para ulama kaum Muslimin yang meriwayatkan bahwa
mereka [para imam kaum Muslimin] mengkafirkan orang Muslim.
Demi Allah,
keharusan dari perkataan Anda ini ialah Anda mengatakan bahwa seluruh umat
setelah jaman Ahmad -semoga rahmat Allah tercurah atasnya- baik para ulamanya,
para penguasanya dan masyarakatnya, semua mereka itu kafir dan murtad. Inna
lillahi wa inna ilaihi raji’un.” [lihat perkataan Muhammad Wahhab dalam novel
Risalah Arba’ah Qawa’id, Muhammad bin Abdul Wahhab, hal 4].
Syeikh Sulaiman bin Abdul Wahhab juga berkata di dalam
halaman 4 dalam kitabnya: “Hari ini umat mendapatkan musibah dengan orang yang
menisbahkan dirinya kepada Al-qur’an dan As-sunnah, menggali ilmu dari
keduanya, namun tidak mempedulikan orang yang menentangnya.
Jika dia diminta
untuk memperlihatkan perkataannya kepada ahli ilmu, dia tidak akan
melakukannya. Bahkan, dia mengharuskan manusia untuk menerima perkataan dan
pemahamannya. Barangsiapa yang menentangnya, maka dalam pandangannya orang itu
seorang yang kafir.
Demi Allah, pada dirinya tidak ada satu pun sifat seorang
ahli ijtihad. Namun demikian, begitu mudahnya perkataannya menipu orang-orang
yang bodoh. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Ya Allah, berilah petunjuk
orang yang sesat ini, dan kembalikanlah dia kepada kebenaran.”
2. PERNYATAAN AYAH KANDUNGNYA
Mari kita simak lagi peranan sang bapak untuk meluruskan
kembali pemikiran rusak si anak durhaka Muhammad Abdul Wahhab. Dikatakan bahwa
Mufti Makkah, Zaini Dahlan mengatakan:”Abd Al-wahhab
sang alim, bapak Muhammad bin abdul wahab adalah seorang
yang salih, qadhi dan merupakan seorang tokoh ahli ilmu, begitulah juga dengan
Al-syaikh Sulayman. Al-syaikh bin Abd Al-wahhab dan al-Syaikh Sulayman,
kedua-duanya sejak awal ketika Muhammad mengikuti pengajarannya di Madinah
al-Munawwarah telah mengetahui pendapat dan pemikiran Muhammad yang meragukan.
Keduanya telah mengkritik, menasehati dan mencela pendapatnya dan mereka berdua
pulalah yang memperingatkan kepada masyarakat mengenai bahaya pemikiran
Muhammad ini “ [Zaini Dahlan, al-Futuhat al-Islamiyah, Vol. 2, h.357.]
Disana dijelaskan lagi bahwa Zaini Dahlan mengatakan:” Bapaknya
[Abd al-Wahhab], saudaranya Sulayman dan guru-gurunya sejak dini telah
mengenali tanda-tanda penyelewengan agama (ilhad) dalam dirinya melihat dari
perkataan, perbuatan dan tentangan Muhammad bin abd wahab terhadap banyak
persoalan agama”.[Zaini Dahlan, al-Futuhat al-Islamiyah, Vol. 2, h.357.]
Ini adalah bukti otentik peristiwa masa lalu Muhammad bin
abdul wahab yang di kemukakan oleh keluarganya sendiri dan ini artinya dia
justru tergolong durhaka pada kedua org tuanya.tentunya ini lebih menguatkan
bagiamana sebenarnya akhlak muhammad bin abdul wahab masa itu.
Kesimpulan paling
penting adalah seorang muhammad bin abdul wahab tidak pantas dijadikan panutan
lebih lebih ada byk bukti lain dari cerita sejarah kelam wahabi.
Semoga ini
menjadi Renungan kita bersama khususnya sunni agar labih hati hati mengikuti
firqoh yang sama sekali tidak pernah di sepakati ijma ulama mukhtabar.
Dan tentunya sudur pandang ulama ulama besar bersanad jauh
lebih mumpuni menilai sepak terjang muhammad bin abdul wahab masa itu sampai
sekarang.
Dan yakinlah mereka jauh lebih teliti meneala`ah kepincangan
dalam hukum hukum agama.maka sepantaasnyalah kita menguti petunjuk ahli
ulama yang kemampuannya tidak diragukan.Akal dan ilmu kita lum seberapa jika
dibandingkan Ulama ulama besar dalam menela`ah persoalan ini.
Maka kita
sebagai AWAM lebih baik mengikuti pemahaman ulama ulama besar
bersanad yang jelas sangat mengerti kejadian kejadian masa lampau terkait
muhammad bin abdul wahab.
Tulisanku ini hanya sebagai bahan renungan bagi
diriku.keluargaku.sanak familiku dan saudara saudaraku sesama muslim yang masih
diberikan Akal yang jernih, Mata hati yang yang senantiasa
melihat.
Telinga bathin yang senantiasa mendengar.dan Qalbu yang penuh dengan perenungan sebagai wujud kecintaan dari Allah untuk memahami mana yang pantas
dijadikan pedoman hidup sebelum ajal menjemput menghadap diriNya..
pesan ku hati hatilah memahami ayat ayat mutasyibat karna
itu kunci baik atau buruknya keyakinan seseorang dalam memahami Allah.jika kita
salah meletakkan pemahaman tentang hal ini maka seribu kali sholat sehari
semalam.
Naik haji sejuta kali, Zakat triliunan, puasa tak berkesudahan maka itu
hanya sebuah cerita sia sia, ibarat orang kristen naik haji, bayar
zakat, puasa, jelas tidak ada gunanya karna akidahnya kristen, ibarat yahudi naik
haji, bayar zakat, puasa, jelas tidak ada gunany karna dia yahudi menafikkan hukum
islam.
Ibarat orang islam naik haji, Sholat, Zakat maka itu juga sia sia jika ia
menganggap tuhan seolah olah atau paling tidak dibayangkan berwujud makhluk
.
karna ini sama saja dengan bertuhan dengan berhala walau menyebut Allah sebagai
namanyadan islam sebagai jalannya.tentu saja Islamnya menjadi islam versi lain.
Imam Ahmad ar-Rifa’i (W. 578 H/1182 M) dalam kitabnya
al-Burhan al-Muayyad, “Sunu ‘Aqaidakum Minat Tamassuki Bi Dzahiri Ma
Tasyabaha Minal Kitabi Was Sunnati Lianna Dzalika Min Ushulil Kufri”, “Jagalah
aqidahmu dari berpegang dengan dzahir ayat dan hadis mutasyabihat, karena hal
itu salah satu pangkal kekufuran
”.
Imam besar ahli hadis dan tafsir, Jalaluddin As-Suyuthi
dalam “Tanbiat Al-Ghabiy Bi Tabriat Ibn ‘Arabi” mengatakan “Ia (ayat-ayat
mutasyabihat) memiliki makna-makna khusus yang berbeda dengan makna yang
dipahami oleh orang biasa. Barangsiapa memahami kata wajh Allah, yad , ain dan
istiwa sebagaimana makna yang selama ini diketahui (wajah Allah, tangan, mata,
bertempat), ia kafir (kufur dalam i’tiqod) secara pasti.”
semoga Ahlusunnah wal jama`ah senatiasa mendapat
berkah.senantiasa menjadi besar dimana pengikutnya adalah insan insan yang
berfikir cerdas karna dikaruniai akal yang ia pergunakan bijak melalui
bimbingan .ulama ulama bersanad yang kadar ilmunya bersambung secara jelas
dengan ulama ulama muktabar terbaik ,kulafur rasidin.salafus sholeh dan pada
akhirnya kepada Rasulullah dimana akidahnya jelas ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN
TIDAK BERARAH.
Terakhir. Hati hatilah terhadap sikap Riya`.dan khusus
ahlussunnah waljama`ah (Bukan yang palsu) kita tidak perlu mengaku ‘ PENGIKUT
SALAFUS SHOLEH .ATAU BERMANHAJ SALAF “ karna akidah kita sudah
jelas menunjukan hal itu tanpa perlu berbangga bangga diri dengan gelaran itu.
Biarkan wahabi bangga dengan astributnya ‘ BERLANDASKAN
QURAN DAN SUNNAH BERDASAR PEMAHAMAN SALAFUS SHOLEH” karna kita juga
tahu dan tidaklah bodoh bahwa pemahaman salafus sholeh adalah pemahaman ulama
ulama muktabar,Ahlusunnah waljamaahu.bersanad.ahli ahli hadist yang disepakati
seluruh ulama bukannya albani yang satupun ia tidak terlibat dalam penyusunan
hadist masa kulafur rasidin..dan peneltian hadits oleh ulama salaf dll ketika
itu.bukan pula Muhammad bin Abdul wahab tanpa sanad.tidak tsiqoh yang
baru muncul jauh sesudahnya bahkan masih jauh masanya dari ibnu tamiyah
sendiri.
Biarkan mereka bangga mengaku bermanhaj salaf yang yang
justru byk mereka kafirkan,mereka bidahkan dan mereka syirikkan.kita lebih
berakal saudaraku sehingga mengerti kerancuan semacam ini yang terkadang
membuat kita tertawa lucu karna kebodohan mereka.jadi kita tidak perlu ada
astribut semacam wahabi ‘ BERMANHAJ SALAF” mari kita jauhi sipat sipat
sombong.riya` karna itu juga Sunnah dan Wajib kita ikuti karna kita
sesungguhnya AHLUS SUNNAH terbanyak” WAL JAMA`AH. Dan kita dianjurkan bersikap
zuhud.wara`.qona`ah bukannya sombong.gila harta.dan tak pandai bersyukur.ini
juga sunnah yang wajib kita ajarkan pada anak anak kita.saudara saudara kita
seakidah dan biarkan wahabi yang katanya mengikuti sunnah.. namun justru
melalaikan sunnah ini.kita maklumi karna pemimpin mereka bagai Tuhan yang
wajib mereka ikuti sebagimana dijelaskan diatas.
Menyikapi sikap berlebihan dengan gelaran yang wah dan merasa
paling baik dimata kaum muslimin sebagai ‘PENGIKUT SALAFUS SHOLEH” maka
perhatikanlah sebuah riwayat seorang sahabat Rasulullah yang melihat Rasululah
menangis.Ia bertanya mengapa beliau menangis,Rasulullah menjawab dalam sabdanya
:
“Aku khawatir kalau umatku berlaku syirik.Syiriknya bukan
menyembah matahari,bukan menyembah bulan dan bukan pula menyembah batu batu
akan tetapi amal baiknya ingin dipertontonkan kepada sesama manusia” (Al
hadits)
Inilah yang dikhawatirkan Rasulullah.Rasulullah tidak
mencemaskan Syirik besar melainkan syirik kecil karna syirik besar bagi umatnya
telah dibekali dengan ajaran Tauhid.peng ESA an terhadap Sang khalik.ini
diungkapkan dalam sebuah hadits hasan :
Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan terhadap kamu
adalah syirik yang paling kecil yakni Riya`.Hr.Ahmad.sanad hasan.
maka sudahkah wahabi yang katanya menegakan sunnah memahami
ini ?? bukankah tanpa sadar hal yang dianggap kecil menjadikan syirik ??
siapa yang syirik ?
Rasulullah bersabda “ Sesungguhnya kamu orang orang yang
bodoh.kamu betul betul mengikut kelakuan umat sebelum kamu” hr.Thirmidzi
dari Abu Waqid al laitsi dengan sanad sahih.
begitu hebatnya pengaruh syirik ini terhadap hati sesorang,
terkadang orang cendrung meniru niru perbuatan orang orang musyrik.bangga
dengan status. Bangga dengan pujian. Bangga karna merasa paling baik.yang tanpa sadar
cendrung pula merendahkan amalan orang lain.
Tetaplah berpegang teguh pada Akidah Ahlusunnah wal jama`ah
karna Nabi juga memerintahkan supaya berpegang teguh pada jamaah mayoritas dan
biarkan wahabi dengan angan angannya sebagai Makhluk paling sempurna walau antar
sesama manusia.
Allah maha tahu siapa yang bakal menjadi Penghuni surga
atau neraka bukannya Muhammad bin Abdul wahab yang sedkitpun tidak tahu kisi
hati seorang hamba Allah dalam beramal ibadah.seorang yang keras kepala tidak
pantas menjadi panutan.hati yang keras bagai batu adalah tanda insan insan
hanya memahami agama sebatas tenggorokkan.tidak lebih.
Agama itu nasehat dan nasehat adalah kelembutan serta kasih
sayang bukannya begitu dengan mudah mengucapkan kata kata KOTOR.
Kafir.syirik.bid`ah padahal baru melihat dari sudut pandang umum dan tidak
menelitinya lebih jauh dan tidak pula bertanya pada ahlinya karna sombong.
Dari Anas bin Malik ra berkata : “Aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada
kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadinya perselisihan,
maka ikutilah kelompok mayoritas.” [HR. Ibnu Majah (3950), Abd bin Humaid dalam
Musnad-nya (1220) dan al-Thabarani dalam Musnad al-Syamiyyin (2069).
Al-Hafidz Ibnu Hajar Rahimaullah dalam Fathul Bari XII/37
menukil perkataan Imam Thabari Rahimahullah yang menyatakan : “
Berkata kaum (yakni para ulama), bahwa Jama’ah adalah
Sawadul A’dzam (Mayoritas Umat).
Telah menceritakan kepadaku Harun bin Abdullah dan Hajjaj
bin As Sya’ir keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin
Muhammad dia berkata; Ibnu Juraij berkata; telah mengabarkan kepadaku Abu Az
Zubair bahwa dia pernah mendengar Jabir bin Abdullah berkata, “Saya pernah
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Senantiasa ada
sekelompok dari ummatku yang selalu menang memperjuangkan kebenaran sampai hari
Kiamat.” (HR Muslim 3547)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“إِنَّ اللهَ لَا يُجْمِعُ أُمَّةِ عَلَى ضَلَالَةٍ وَيَدُ اللهِ مَعَ
الجَمَاعَةِ وَمَنْ شَذَّ شَذَّ إِلَى النَّارِ”
“Sesungguhnya Allah tidak menghimpun ummatku diatas
kesesatan. Dan tangan Allah bersama jama’ah. Barangsiapa yang menyelewengkan,
maka ia menyeleweng ke neraka“. (HR. Tirmidzi: 2168).
kehadiran wahabi adalah bencana bagi kita kaum muslimin atas
doktrin doktrin mereka dan Pembelaan kita sebagai ahlussunnah wal jamaah dari
kecaman.ejekan.dianggap salah semua oleh wahabi semoga menjadikan diri kita
jauh lebih bernilai dlm pandangan Allah.
Sebagaimana Rasulullah telah bersabda
“Tidak ada suatu bencanapun yang menimpa org mukmin walaupun hanya sepotong
duri atau lebih kecuali pastilah dengan bencana itu Allah akan mengurangi
satu kesalahan ( dosa) Hr. Muslim dar Aisyah ra.
Ahlussunnah wal jamaah semoga senantiasa tetap menjadi
terbesar dimanapun tempat didunia ini.Tidaklah mungkin jutaan ulama besar
diseluruh dunia menilai bodoh untuk memilihi Ahlusunnah waljamah sebagai
jalan keyakinan.mereka lebih tahu lebih memahami dari dulu sampai detik ini
jika ahlusunnah wal jamaah adalah jalan yang benar.
Dan memang terbukti hingga
sekarang tetap berdiri tegak sebagai pengikut terbanyak (jema`ah)
walau hujatan. Fitnah.datang silih berganti mulai dari masa khawarij hingga
muncul wahabi sebagai penerus akidah khawarij abad kini.. . Allahu Akbar
!
Semoga menjadi renungan kita bersama.
